Kemunduran, kejumudan, kehinaan yang diterima termasuk kemerosotan yang di alami oleh ummat Islam di era milenium ini merupakan sebuah fakta yang tidak bisa mengelak darinya, siapapun akan seirama dan sekata bahwa kaum muslimin dunia hari ini tengah terpuruk dalam segala bidang kehidupannya, dan hal ini tidak
cukup hanya diperdebatkan. karena hal itu selain nyata adanya, dapat kita rasakan dan dapat kita saksikan bagaimana sebuah peradaban ummat yang terbaik kini menjadi layaknya asset yang diperebutkan oleh kaum pemuja hawa nafsu baik dari kalangan kafirin maupun munafikin (kaki tangan)
Namu di
Rabu, 15 Juni 2011
Tarbiyah Jiddiyah
Minggu, 03 Januari 2010
Moroqobah (Merasakan Kesertaan Alloh)
Landasan Muroqobah dapat kita temukan di dalam Al-Qur'an Suarat As-Syuro : 219 yaitu :
"Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sholat) dan melihat pula perubahan gerak badanmu diantara orang-orang yang sujud"
dalam sebuah hadits ketika Nabi Shollollohu'alaihi wasallam ditanya tentang "ihsan" beliau menjawab :
"Hendaklah kamu beribadah kepada Alloh seolah-olah kamu melihatNya. Dan jika kami tidak melihatnya dan memang tidak akan melihatnyNya maka sesungguhnya Alloh Melihat kamu"
Makna Muroqobah :
Sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Qur'an dan hadits, ialah : Merasakan keagungan Alloh Azza Wajalla di setiap waktu dan keadaan serta merasakan kebersamaanNya dikala sepi maupun ramai.
Cara Melakukan Muroqobah :
Sebelum memulai suatu pekerjaan dan di saat mengerjakannya, hendaklah seorang mukmin memeriksa dirinya, aoakah setiapa gerak dalam melaksanakan amal dan keta'atannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi dan mencari popularitas ataukah karena dorongan ridho Alloh dan menghendaki pahalaNya..?
Jika benar-benar karena ridho Alloh maka ia akan melaksanakannya kendatipun hawa nafsunya tidak setuju dan ingin meninggalkannya. Kemudian ia menguatkan niat dan tekad untuk melangsungkan keta'atan kepadaNya dengan keikhlasan sepenuhnya dan semata-mata demi mencari ridho Alloh.
Itulah hakikat ikhlas, itulah pembebasan diri dari penyakit nifaq dan riya'... Imam Hasan al-Bashri berkata "Semoga Alloh mencurahkan rahmatNya kepada seorang hamba yang selalu mempertimbangkan niatnya. bila semata-mata karena Alloh maka akan dilaksanakannyatetapi jika sebaliknya akan ditinggalkannya.
Macam-Macam Moroqobah :
Ada bebrapa macam muroqobah :
1. Muroqobah dalam melaksanakan keta'atan adalah dengan ikhlas kepadaNya
2. Muroqobah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total
3. Muroqobah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab terhaap Alloh dan bersyukur atas segala nikmatnya
4. Muroqobah dalam musibah adalah dengan cara ridho dengan segala ketentuannya memohon pertolonganNya dengan penuh kesabaran
Saudaraku yang mulia, jika anda telah melakukan muroqobah kepada Alloh Azza Wajalla dengan tingkat muroqobah yang sudah disebutkan, kemudian anda mampu istiqomah melaksanakannya maka tidak syak lagi bahwa anda telah meniti tangga menuju taqwa. dan anda telah meniti jalan tarbiyah ruhani, hingga pada akhirnya akan sampai kepada derajat muttqien.
Jumat, 01 Januari 2010
(Mu'ahadah) Mengingat Perjanjian
بسم الله الر حمن الر حيم
Kalimah ini di ambil dari firman Alloh Yang Maha Tinggi :
"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu Telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (TQS. An-Nahl : 91)
Cara Mu’ahadah
Hendaknya seorang mukimin berkholwat (menyendiri) antara dia dengan Alloh sebagai Tuhannya dalam rangka intropeksi dan perbaikan seraya mengatakan pada dirinya “Wahai jiwaku, sesungguhnya kamu telah melakukan perjanjian dan telah berjanji kepada Robbmu setiap hari di saat kamu berdiri khusu sambil membaca
"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." (TQS. Al-Fatihah : 5)
Wahai jiwaku, bukankah dalam munajat ini engkau telah berikrar tidak akan menghamba selain kepada Alloh saja, tidak akan meminta pertolongan selain hanya kepadaNya saja. Tidakkah engkau telah berikrar untuk komitmen dengan shirotol mustaqiem yang terbebas dari kerumitan dan liku-liku perjalanan…. Tidakkah engkau telah berikrar untuk berpaling dari jalan orang-orang sesat dan dimurkai Alloh ???
Kalau memang demikian, hati-hatilah wahai jiwaku. Jangan engkau langgar janjimu setelah Dia engkau jadikan sebagai pengawasmu jangan mundur dari jalan yang telah ditetapkan Islam setelah engkau jadikan Alloh sebagai saksimu. Hati-hatilah jangan sampai engkau mengikuti jalan orang-orang yang sesat dan menyesatkan setelah engkau jadikan Alloh sebagai petunjuk jalan.
Berhati-hatilah wahai jiwaku, jangan engkau ingkar setelah beriman, jangan tersesat setelah engkau mendapatkan petunjuk, jangan engkau menjaid fasik setelah beriltizam. Barangsiapa yang melanggar maka akibatnya bagi dirinya, barangsiapa tersesat maka kesesatannya itu akan menimpanya
Wahai saudaraku, bila anda mengharuskan diri untuk komitmen terhadap janji yang diikrarkan 17 kali dalam sehari, kemudian anda mewajibkan supaya anda meniti tangga menuju ikrar tersebut… maka anda telah meniti tangga menuju taqwa, anda sudah menelusuri jalan ruhani….dan pada akhirnya anda akan sampai ke tempat tujuan. Ke derajat para muttaqien
Hakikat Taqwa
بسم الله اللر حمن الر حيم
Taqwa yang tertanam di dada lahir sebagai konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh, keimanan yang selalu dipupuk dengan muroqobatulloh, merasa takut dengan murka dan adzabNya dan selalu mengharap limpahan karunia dan maghfirohnya.
atau sebagaimana didefinisikan oleh para ulama. Taqwa adalah hendaklah Alloh tidak melihat kamu berada dalam larangan-larangaNya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintahNya.
sebagian ulama lain mendefinisikan taqwa dengan mencegah diri dari adzab Alloh dengan membuat amal sholeh dan takut kepadaNya dikala sepi atau terang-terangan
Perhatian Al-Qur'an terhadap sifat taqwa begitu besar, perintah dan sokongan untuk melaksanakannyapun banyak kita temukan dalam ayat-ayatnya, bahkan bila kita bacakan al-Qur'an hampir di setiap halaman kita menemukan kalimah taqwa.
Para sahabat dan salafusholeh yang memahami betul tuntunan al-Qur'an, mempunyai perhatian besar terhadap taqwa, mereka terus mencapai hakikatnya saling bertanya satu sama lain dan berusaha untuk mendapatkannya. Dalam satu riwayat yang shohih disebutkan bahawa Umar bin Khottob bertanya kepda Ubai bin Ka'ab tentang taqwa. Ubai menjawab :
Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh duri
"Ya " jawab Umar
"Apa yang anada lakukan saat iyu"
"Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati"
"Itulah taqwa"
berpijak pada jawaban Ubai bin Ka'ab atas pertanyaan Umar bin Khottob tersebut, Sayyid Qutb berkata dalam tafsir "Fi Zhilalil Qur'an"
itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus, selalu waspada dan hati-hati jangan sampai kena duri jalanan...jalankehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kehawatiran dan keraguan serta harapan semu atas segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan, ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas untuk ditakuti...dan masih banyak duri-duri yang lainnya.
Jalan Menuju Ketinggian Ruhani
بسم الله اللر حمن الر حيم
ِAl-Qur'anul Karim dengan pandangannya yang integral tentang alam kehidupan dan manusia telah memberi gambaran yang gamblang kepada kita tentang metode praktis dalam mempersiapkan ruhani manusia, membentuk keimanan dan mentarbiyah jiwanya.
Alloh Ta'ala berfirman dalam surat al_Anfal :
"Hai orang-orang yang beriman; jika kamu bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan memberikan kepadamu "furqon" dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar". (TQS. Al-Anfal : 29)
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan berimanlah kepada RosulNya, niscaya Alloh memberikan rahmatNya kepadaMu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu bisa berjalan dan dia mengampuni kamu. dan Alloh Maha pengampun lagi Maha Penyayang". (TQS. Al-Hadid : 28)
"Barangsiapa bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizqi dari arah tiada yang di sangka-sangka" (TQS Ath-Tholaq : 2-3)
Taqwa kepada Alloh Azza Wajalla adalah modal kekayaan inspirasi, sumber cahaya dan karunia yang melimpah ... dengan taqwa kepada Alloh seorang mukmin bisa membedakan mana kosong dan mana yang isi, mana yang haq dan mana yang batil
Alloh Yang Maha Tinggi memberikan karunia kepada orang yang bertaqwa berupa cahaya yang akan menerangi kehidupannya. Orang-orang pun akan mengikuti jejaknya dan meminta bimbingannya. Orang yang bertaqwa akan senantiasa menemukan jalan keluar yang menentramkan batin walau bagaimana besar dan rumitnya problema yang ia hadapi.
ketika menafsirkan firman Alloh, Sayyid Qutb Rohimahulloh berkata, "Inilah bekal tersebut dan persiapan perjalanan...bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan membuat selalu terjaga, waspada, hati-hati serta selalu dalam konsentrasi penuh...Bekal cahaya yang menerangi liku-liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang bertaqwa tidak akan tertipu oleh bayangan semu yang menghalangi pandangan yang jelas dan benar... itulah bekal penghapus segala kesalahan, bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketentraman, bekal yang membawa harapan atas karunia Alloh; di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua amal tak lagi berguna.
Itulah hakikat kebenaran, taqwa kepada Alloh menumbuhkan furqon dalam hati sanubari, furqon yang bisa menyingkap jalan kehidupan. Namun hakikat ini sebagaimana hakikat-hakikat aqidah lainnya - hanya bisa dipahami oleh mereka yang benar-benar sudah merasakannya. bagaimanapun indahnya kata-kata dipakai untuk melukiskan hakikat ini, tetap saja tak akan mampu memberikan pemahaman yang sebenarnya kepada yang belum merasakannya
Semua permasalahan tetap rumit dipikirkan, perjalanan semakin sulit di lalalui, kebatilan berbaur dengan haqdi persimpangan jalan, dalil-dalil dan hujjah terus diserukan namun tak membuat orang puas. akal dan hati nurani tak menyambut seruan, perdebatan tetap sia-sia, diskusi-diskusi hanya menghabiskan tenaga dan waktu dan semua itu bisa terjadi karena tidak ada taqwa
sebaliknya dengan taqwa fikiran menjadi terang, al-Haq nampak jelas, jalan lurus terbentang lebar, hati terasa tentram, batin begitu damai dan kaki berpijak teguh dalam menapaki perjalanan. Sesungguhnya fitrah manusia tidak mungkin memungkiri akan keberadaan al-Haq, namun karena hawa nafsu yang menjadi penghalang diantara keduanya, hawa nafsulah yang senantiasa menebar kesuraman, menghalangi penglihatan dan mengaburkan arah tujuan... Hawa nafsu tidak bisa disingkirkan dengan dalil-dalil, dia hanya bisa di halau dengan taqwa, dia hanya bisa di enyahkan dengan rasa takut kepada Alloh dan terus menerus muroqobah terhadapNya, baik keadaan sembunyi maupun terang-terangan - disinilah letak furqon yang bisa menerangi wawasan, menghilangkan keraguan dan menyingkap jalan kehidupan
Ruhiyah Seorang Da'i
بِِـسُـم الـلـه الـرحـم ن الـر حـيـم
Ketahuilah, bahwa iman, ikhlas, sabar, istiqomah, Tsabat dan mujahadah merupakan sifat-sifat dasar dalam membentuk jiwa seorang mukmin dalam persiapannya membekali diri di medan amal dakwah dan jihad fiesabilillah. sifat-sifat di atas hanya dapat dimiliki oleh seorang mu'min yang telah merasakan lezatnya iman di dada, menyatukan ruh dan jasadnya dengan Islam, kedua kakinya terus melangkah menuju tujuannya, pandangan kedua bola matanya selalu di pancarkan kepada tanda-tanda keagungan dan kemaha kuasaan Alloh, orientasinya senantiasa meraih kemuliaan dengan kemenangan islam atau mati sebagai syuhada.
Perjalanan ini akan terasa berat untuk di lalui bila kita belum dan tidak bisa memahami hakikat perjalanan ini, perjalanan ini adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan rintangan, bukan maksud mengharap dan menantang rintangan dakwah namun karena perjalanan itu sudah menjadi sunnatulloh. dimana setiap kaki yang berpijak pada jalan ini akan menemui serpihan-serpihan duri maupun bara api terkadang menemukan tanjakan dan kelokan menikam bila kita tidak sigap dan siap kekhawatiran itu bisa saja terjadi yaitu berjatuhannya para pengemban dakwah dan aktifis jihad fiesabilillah.